Minggu, 07 Agustus 2011

PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Jumat, 03 Juni 2011

Berbudidaya jamur tiram di lahan terbatas

 

Seringkali kami ditanya, berapa jumlah baglog jamur tiram yang kami kelola..? Kalau saat ini, kumbung yang wajib kami isi secara berkala berjumlah total kurang lebih 26.000 baglog.
Perinciannya: Kumbung di Dusun Junggo Desa Tulungrejo = Kumbung 1 = 9000 baglog, kumbung 3 = 5000 baglog, untuk kumbung 2 dan 4 dikarenakan masa sewa dan kondisi sudah rusak, tidak kami isi, lalu kumbung di Malang = Kumbung Bapak Imam = 7000 baglog, Kumbung Ibu Ita = 3000 baglog, Kumbung Bapak. Adam = 2000 baglog, totalnya = 26.000 baglog. Jika Kumbung di Junggo nomor 3 dan nomor 4 bisa diisi kembali, maka kapasitasnya ± 16.000 baglog. Memang bukan jumlah yang luar biasa, tapi lumayan saja.
Pada awalnya kami memang membeli baglog jamur tiram untuk pengisian kumbung-kumbung tersebut, tetapi dikarenakan penjadualan dari produsen baglog tidak bisa dipastikan, akhirnya kami memilih untuk memulai merintis untuk pembuatan media baglog jamur tiram putih secara mandiri.
Yang kemudian sering jadi pertanyaan, berapa luas pabrik/tempat budidaya jamur tiram putih untuk membuat baglog yang kami miliki ?
Jawaban kami,  kami ini hanya memproduksi baglog jamur tiram putih di garasi rumah saja..
Perinciannya =
  • Tempat mencampur dan logging di garasi (sudah termasuk tempat steamer dan boiler).   = 3 x 10           = 30 m2

  • Ruang inokulasi                                                                      = 3 x 5             = 15m2
  • Ruang inkubasi                                                                      = 3 x 5             = 15m2

  • Tempat menyimpan pasokan gergajian                                   = 3 x 5             = 15 m2

Totalnya                                                                                      = 7,5 x 10        = 75 m2

Dari lokasi itu, penjadualan kerja kami adalah untuk produksi normal 6000 baglog, 20 botol PDA, 100 botol F1, dan 1000 botol F2 per bulan.
Jika harus dilembur karena pesanan tambahan max bisa sekitar 8000 baglog, untuk bibit PDA, F1, F2 tetap.

Bagaimana bisa memproduksi baglog dengan jumlah segitu di lahan yang terbatas ?
Untuk itu memang perlu direncanakan dan direkayasa teknik budidaya jamur tiram putih yang efisien.

Bagaimana caranya..?
Pertama kita hitung dan rencanakan dengan benar kapasitas baglog yang akan kita buat dan kita layani. Misalnya kami tadi sekitar 26.000 baglog totalnya.
Kedua, hitung kebutuhan baglog itu per bulannya dengan membagi jumlah total baglog dengan jumlah bulan efektif produksi yaitu sekitar 4 bulan. Jadi 26.000 / 4 = 6500 baglog per bulan.
Ketiga, rencanakan kapasitas produksi harian. Misal dalam 6 hari membuat 1500 atau 2000 baglog. Dari sinilah kita atur sistem sterilisasinya. Pada tempat kami, untuk memproduksi sejumlah itu, berarti harus membuat sistem yang bisa memproduksi minimal 750 baglog dalam sekali proses. Dengan jumlah itu, berarti tidak mungkin membuatnya dengan sistem drum, karena akan memakan tempat. Lalu direncanakan dengan sistem steamer beton dan boiler sebagai alat penghasil steamnya.
Keempat, kita analisa lokasi, dan infrastruktur yang kita miliki, lalu sesuaikan dengan jumlah itu. Dalam proses ini jika lokasi bisa diatur tata letaknya untuk memproduksi, ya langsung jalankan saja. Jika kurang memadai, harus mengatur dengan mengurangi kapasitas produksi.

Nah, dengan merencanakan dengan baik dari awal kapasitas produksi yang akan kita buat, Insya ALLAH penjadualan pengisian kumbung bisa dilaksanakan dengan baik.

Secara visualnya bisa dibuktikan dalam dokumentasi berikut ini:

Proses storage untuk penyimpanan serbuk gergajian, pada proses ini, serbuk gergajian kami campur dengan kapur sejumlah 1%, selanjutnya kami biarkan selama minimal 2-3 pekan agar sedikit melapuk.

Pencampuran serbuk gergajian dengan kapur

Proses mencampur media. Pada proses ini serbuk gergaji dicampur dengan bahan-bahan lain seperti kalsium 1%, bekatul 15%, molase sekitar 1% dan juga penambahan kadar airnya.
Pencampuran media dengan bekatul
Pengayakan agar terpisah dengan gradasi yang terlalu besar

Proses logging dan pemadatan. Pada proses ini media dimasukkan ke dalam pastik baglog yang ukuran umumnya adalah plastik 18x35cm. Berat media rata-rata yang ingin dicapai adalah sekitar 1,35kg. Untuk itu agar volume media yang masuk ke dalam baglog bisa agak banyak, perlu dilakukan proses pemadatan.
Proses logging, memasukkan media ke dalam baglog
Proses pemadatan

Proses sterilisasi pada steamer. Proses ini adalah proses utama yang sangat penting untuk dicapainya sebuah keberhasilan. Pada proses ini hendaknya dicapai suhu media hingga 100 derajat C agar bisa mematikan bakteri yang ada di dalamnya. Jika ingin memproduksi baglog dalam jumlah yang cukup banyak dalam sekali proses sterilisasi, harus digunakan peralatan yang memadai.
Salah satu media dalam steamer harus ditancapkan termometer sebagai indikator nantinya

Proses sterilisasi menggunakan steamer beton dengan boiler sebagai alat penghasil uap panas/steam nya

Proses sterilisasi harus sampai suhu media mencapai 100 derajat C

Proses inokulasi, yaitu memasukkan bibit F2 ke dalam media baglog yang telah disterilisasi tadi, pada proses ini hendaknya dilakukan di ruang tertutup dan steril.

Proses inokulasi

Proses inkubasi, karena keterbatasan tempat, kami hanya menyimpan baglog di ruang inkubasi selama 1 pekan saja, Alhamdulillah miselium sudah memanjang kurang lebih 20%-30% dan bisa dipindah ke kumbung produksi..
Inkubasi dengan sistem tidur untuk efisiensi tempat

Dalam bisnis jamur tiram putih yang benar-benar harus diperhatikan adalah kita ingin berbisnis ini pada kapasitas berapa..?
Jika baglog yang akan kita kelola jumlahnya sudah di atas 7000 baglog, sebenarnya sudah layak untuk berbudidaya dengan membuat baglog sendiri. Apalagi yang sudah di atas 10.000 baglog.
Kenapa..?
Karena profit dan jadual pengisian kumbung bisa di atur sesuai rencana. Bandingkan dengan membeli baglog, penjadualan belum tentu bisa diatur dengan baik (karena pemesanan baglog seringkali terlambat) dan juga harga baglog tentu lebih tinggi daripada memproduksi sendiri..

Untuk berbisnis jamur tiram putih dengan membeli baglog, sebenarnya hanya layak dilakukan jika kita tidak terlalu serius di bisnis ini. Dalam artian kita hanya memperlakukan bisnis jamur tiram sebagai sambilan saja.
Simulasinya adalah sebagai berikut :
Kita membeli baglog sejumlah 1000 buah dengan
Jadi modalnya Rp. 1.900.000,-.
Lalu target panen kita adalah 390 kg dengan
Harga jual Rp.8.500, berarti
Hasil penjualan kotornya adalah = Rp. 3.315.000,-,
Dipotong modal,
Kita mendapat keuntungan bersih = Rp. 1.415.000,-.
atau = kurang lebih mendapatkan hasil Rp. 353.000 per bulan.

Nah, kerja merawat 1000 baglog itu tentu tidak perlu membayar orang, itu dengan santai sekali bisa kita lakukan sendiri, karena waktu kerjanya ya hanya maksimal 1 jam saja per hari.
Penjualannya pun tentu tidak terlalu sulit, karena biasanya dengan kapasitas itu hanya habis di tetangga saja, malahan seringkali harga jual rata-rata bisa 10.000 per kg.. Jadi bisnis ini hanya diberlakukan sebagai sambilan santai saja..

Nah, jika sudah merencanakan bisnis hingga 10.000 baglog, lalu kita menyewa lahan dan membayar tenaga kerja, tentunya profit yang didapat akan sedikit saja jika kita membeli baglog. Untuk mendapatkan profit yang lumayan, tentunya kita harus mulai merintis untuk membuat baglog secara mandiri.

Dan itulah yang kami lakukan, karena kami sendiri menghitung, dalam mengelola lebih dari 20.000 baglog dengan harga jual jamur rata-rata Rp. 8000/kg, lahan masih sewa, dan harus membayar tenaga kerja untuk biaya perawatan, bisnis ini tidak layak dilakukan jika harus membeli baglog, karena kami tidak bisa mengatur jadual pengisian kumbung dengan produsen baglog, dan share profit jika membeli baglog jamur juga lebih sedikit daripada jika kita bisa memproduksi baglog secara mandiri..

So.. semangat..!!! Bagi yang sudah menjalankan bisnis ini di atas 7000 baglog, ayo mulai merintis untuk membuat baglog sendiri..
Bismillah.. Insya ALLAH pasti bisa kog
Karena kamipun dulu hanya coba-coba saja dan Alhamdulillah diberi kemudahan oleh ALLAH SWT
Fithrawan Satriyanto ,ST5 komentar


 

Selasa, 03 Mei 2011

Pentingnya manajemen pembibitan jamur tiram putih



Dalam posting sebelumnya sudah sering kami bahas bahwa yang sangat mempengaruhi kualitas baglog jamur tiram adalah kualitas dari bibit yang menginokulasikannya. Bibit yang berkualitas itu harus dimulai dari indukan, PDA, F1, dan F2 yang berkualitas.
PDA terpilih dengan perkembangan miselium terbaik

Namun, seringkali hal ini sedikit terlupakan bagi pebudidaya jamur tiram putih. Mengapa demikian? Karena pada umumnya pebudidaya terlalu fokus dan keasyikan dalam membuat serta memproduksi baglog jamur tiram, nah saat pekerjaan yang terkadang dikejar jadual dan pemesanan yang banyak tersebut, ketersediaan bibit F2 untuk inokulasi baglog nanti sering kelupaan.
Stok F2 harus selalu dicek, pembuatan rutin bisa lebih menjamin kualitas bibit
karena dalam memproduksi baglog, kita juga memerlukan waktu.

Jadinya bagaimana..? Jika kurang terjadual dengan baik, terkadang pebudidaya sudah terlanjur melakukan proses sterilisasi baglog jamur tiram, namun bibit F2 yang ada kurang atau bahkan tidak ada sama sekali ? Terus akhirnya, senggol sana senggol sini, dan yang lebih parahnya, ada juga yang kemudian masuk ke dalam kumbung produksi, lalu memilih baglog yang miselia putihnya bagus, selanjutnya digunakan untuk pembibitan inokulasi..
Salah satu persyaratan untuk kualitas bibit F2 yang baik adalah dalam 7 hari, perkembangan miselia telah mencapai 2,5 cm dengan warna putih tebal yang homogen hingga penuh.

Kualitasnya bagaimana ? ya, jangan ditanya, dengan posisi itu jangan heran bentuk jamur, karakter panen, dan jumlahnya selanjutnya tidak sesuai target yang diharapkan..

Nah, untuk mengatasi kasus-kasus seperti ini, manajemen pembibitan kiranya perlu sekali untuk diperhatikan secara serius..
Lalu, apa kata kunci bagi manajemen pembibitan yang baik..?
Sederhana sekali ternyata.., yaitu RUTIN dan WAKTU. Itu saja..

RUTIN
Maksud dari kata kunci ini adalah, dalam pembuatan bibit jamur tiram mulai PDA, F1, dan F2, yang dibutuhkan hanyalah ketekunan, rutinitas yang terjaga, dan kontrol kualitas yang baik. Lebih baik membuat bibit itu adalah sedikit tapi rutin, dari pada sekali tapi langsung banyak, karena seringkali banyak (kuantitas) itu melupakan kontrol, sehingga kualitas menjadi kurang terjaga dengan baik.

WAKTU
Maksudnya adalah, baik bibit PDA, F1 maupun F2, memiliki durasi waktu pemanjangan miselia yang berbeda. Masing-masing waktu itu harus diperhatikan dengan seksama, karena itu menyangkut kualitas nantinya. Selain itu, masing-masing bibit juga memiliki waktu kadaluarsa, yang menyebabkan semua durasi itu harus tercatat dan diperhatikan dengan baik.


Selanjutnya, apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses inokulasi agar kualitas baglog tetap bisa terjaga dengan baik..? Untuk itu beberapa poin berikut bisa menjadi perhatian:

Memperhatikan jumlah bibit yang digunakan untuk inokulasi
Sebelum membahas mengenai kebutuhan bibit, dan manajemennya, mari kita review sedikit mengenai inokulasi. Ini sangat penting karena menyangkut kualitas miselia yang akan dihasilkan oleh baglog nantinya.
Dalam persyaratan yang diberikan, pemberian bibit saat inokulasi adalah sebanyak 0,8% - 1,3% dari berat media yang akan dibuat. Pada umumnya pebudidaya menggunakan plastik berukuran 18x35cm yang memiliki berat sekitar 1,35kg - 1,4 kg per baglog.
Ini artinya jumlah bibit yang harus diinokulasikan ke dalam baglog adalah sejumlah:
Minimal kurang lebih 11 gram per baglog
Maksimal kurang lebih 18 gram per baglog


Jumlah yang di Inokulasi ke baglog kurang lebih 11 gram – 18 gram

Nah, jika bibit F2 yang digunakan menggunakan media gergajian dalam botol ex saus, maka jika dirata-rata, per botolnya akan menghasilkan minimal 20 baglog, maksimal 30 baglog.
Ini perlu untuk dijelaskan, karena jangan sampai kita terlalu irit dalam menggunakan bibit F2 dalam inokulasi, karena akan berpengaruh dalam perkembangan miselia.

Inokulasi bibit F2 yang baik akan cepat menghasilkan pertumbuhan miselia pada baglog, hal ini akan tampak pada waktu 24-48 jam setelah inokulasi

Selain itu ini juga untuk lebih memahamkan bahwa tidak sama bibit yang diberikan pada baglog ukuran 1,4 kg dengan baglog berukuran berat 2 kg.

Memperhatikan waktu/saat inokulasi yang pas
Waktu inokulasi atau pemberian bibit pada baglog yang terbaik setelah proses sterilisasi di dalam steamer adalah pada suhu kurang lebih 38 derajat C. Waktu ini didapatkan pada kurang lebih 12 jam setelah baglog dikeluarkan dari ruang steamer.


Baglog setelah dikeluarkan dari steamer, membutuhkan waktu pendinginan sekitar 12 jam sebelum siap di inokulasi bibit F2

Yang perlu diperhatikan adalah, jangan memberikan bibit saat baglog masih terlalu panas, namun juga tidak boleh saat baglog sudah terlalu dingin. Maksimal waktunya adalah 24 jam setelah dikeluarkan dari steamer. Jika baglog terlambat diinokulasi setelah keluar dari steamer, dikhawatirkan terjadi kegagalan.

Memperhatikan usia bibit F2 yang digunakan untuk inokulasi
1.   Dalam pengamatan kami, bibit F2 yang terbaik untuk inokulasi adalah bibit yang miseliumnya telah mencapai 100% ± 2-3 hari. Saat itu miselium dalam botol F2 telah tercapai puncak kematangannya.
2.   Bibit F2 bisa dikatakan expired atau kurang bagus untuk digunakan adalah bibit F2 yang setelah mencapai 100% miselium ± 3 pekan. Atau bibit F2 yang telah tumbuh jamurnya.
3.   Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar kita selalu mendapatkan bibit F2 dengan kualitas terbaik saat inokulasi.

Ok, setelah memperhatikan 3 hal tersebut, saatnya kita mengatur dengan benar manajemen pembibitannya.
Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah:

1.      Perhatikan lamanya waktu pembentukan miselia pada PDA, F1, dan F2. Ini sudah kami bahas pada posting mengenai memperhatikan durasi pembentukan miselia. Ini sangat penting, karena dari sinilah penjadualan pembibitan akan diatur waktunya.

2.      Hitung dengan benar kapasitas produksi pembuatan baglog Anda, misalnya 500 baglog per hari, 1000 baglog per hari, dan seterusnya. Dengan itu prediksikan berapakah produksi baglog per pekannya dan selanjutnya per bulan.

3.      Selanjutnya sesuaikan dengan benar kebutuhan bibit F2 kita berdasarkan hitungan produksi tadi dengan waktu durasi pemanjangan miselia pada PDA, F1, dan F2. Ini sangat penting agar kita selalu mendapatkan bibit F2 dalam kondisi yang terbaik untuk inokulasi. Tidak terlalu muda, tidak pula expired/kadaluarsa atau terlalu tua untuk inokulasi.


Setelah memperhatikan tiga poin tersebut, mari kita perhatikan lagi poin perkembangan miselia berikut:

  • Perkembangan miselia PDA pada botol UC1000 adalah: miselia mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 10 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 1 bulan kemudian.
  • Perkembangan miselia F1 media jagung pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 20 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 3 pekan berikutnya.
  • Perkembangan miselia F2 media jagung pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 20 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 3 pekan berikutnya.
  • Perkembangan miselia F2 media gergajian pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 30 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 2 pekan berikutnya.


Memperhatikan durasi pemanjangan miselia bibit media jagung

Memperhatikan durasi pemanjangan miselia bibit media gergajian

Nah, setelah memperhatikan perkembangan miselia tersebut, dapat kita atur dengan baik bagaimana manajemen pembuatan bibit mulai PDA, F1, dan F2 agar selalu didapatkan kualitas F2 yang terbaik pada saat digunakan untuk inokulasi baglog jamur tiram putih nantinya.

Untuk itulah diperlukan penjadualan kerja dalam pembuatan bibit, dan setiap bibit juga perlu diberi label dengan isi jenis, generasi, media yang digunakan, dan tanggal inokulasi. Hal ini sangat penting agar kita bisa menentukan saat yang tepat dalam penggunaan bibit
jamur tiram putih nantinya.

.
Pemberian label pada bibit F1 dan F2 penting dalam manajemen pembibitan

Dalam pengalaman kami yang hanya mengerjakan kurang lebih 10.000 baglog tiap bulannya,
1. Pembuatan PDA cukup dilakukan 1-2 kali per bulannya.
2. Pembuatan bibit F1 dibuat tiap pekan, dan
3. Bibit F2 dibuat sepekan 2 kali.
Jumlah disesuaikan kapasitas produksi.
Tapi seperti keterangan sebelumnya, yang penting rutin walau sedikit, itu justru lebih baik hasilnya..
Fithrawan Satriyanto ,ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar